Selasa, 15 September 2009

Anak Sukses Miliki 3 Kecerdasan IQ, EQ, dan SQ

Betapa banayak contoh di sekitar kita, bahwa orang tua bangga sekali dengan prestasi akademik anak-anaknya.Padahal si anak tumbuh jadi pribadi yang kurang bisa bergaul, sombong, atau egois di lingkungan sekolah. Sebaliknya, ada anak-anak yang yang memiliki kecerdasan moral, intrapersonal, atau interpersonal yang baik justru hanya di pandang sebelah mata, karena nilai akademiknya tergolong biasa-biasa saja.
Adilkah penilaian ini?
Mungkin di masyarakat mereka menilai seseorang dianggap akan memiliki masa depan cerah adalah yang ber-IQ supertinggi.Ditegaskan Dra. Tiwin Herman, M.Psi, Direktur Eksekutif Psiko Utama ini,kecerdasan pengetahuan dan keahlian hanya berperan 20% dalam menentukan kesuksesan seseorang.
Dalam psikologi, pengetahuan dan keahlian bagaikan puncak gunung es dalam diri seseorang.
Pasalnya, pengetahuan dan keahlian tidak akan berdampak besar tanpa diimbangi motivasi, keinginan, hasrat, konsep diri, dan kepribadian yang semuanya biasa disebut kecerdasan emosi(EQ). Sedangkan spiritual juga berguna sekali dalam kemampuan seseorang memilah nilai-nilai baik yang bersumber dari Tuhan pada kehidupannya, karena agama menanamkan nilai-nilai baik dalam menjalani kehidupan.
ketiga kecerdasan itu memiliki peran sangat penting dalam kehidupan. Kecerdasan pegetahuan dan keahlian berperan dalam bidang akademik. Sementara kecerdasan emosi sangat dibutuhkan untuk mengenal diri dengan lingkungan sehingga jadi mudah beradaptasi dan bekerja sama dalam komunitasnya. Begitu juga kecerdasan Spiritual.Dengan kecerdasan Spiritual yang baik, seseorang dapat menentukan mana yang baik dan tidak dalam kehidupan bersama lingkungannya.
Sedangkan kegagalan dalam dunia pendidikan seperti yang dirasakan Indonesia saat ini, yakni ketika pendidik tidak bisa mengembangkan potensi yang ada pada anak. Hal ini ditandai dengan ditemuinya banyak kasus dimana anak pintar, tetapi sulut beradaptasi terlebih dulu d lingkungan yang mungkin asing baginya. Di sinilah seharusnya guru berperan. Seoran guru sanagat berperan untuk mengenali pribadi masing-masing anak.
Yang tidak kalah penting, mengajak orang tua bekerjasama dengan pihak sekolah. Artinya, orang tua dan pihak pendidik saling bertukar informasi mengenai pribadi si anak di rumah maupun sekolah.
Tak hanya bermanfaat untuk jangka pendek, pemenuhan IQ,EQ,dan SQ terbukti berperan penting dalam mencetak SDM yang kreatif,inovatif,dan tangguh di segala 'cuaca'.
Pada dasarnya, untuk sukses berinteraksi dengan orang lain dituntut kemampuan mengambil keputusan dengan cepat, memiliki daya analisa serta daya tangkap yang tepat dan cepat. Kecerdasan IQ harus dilengkapi dengan kecerdasan emosional (EQ), berupa motivasi, interaksi, dan komunikasi yanga dapat membsntu seseoran memeberikan servis terbaik, seperti halnya di dunia marketing.
Menurut Yuliana, lemahnya tingkat kecerdasan emosional lulusan sekolah menyebabkan banyak produsen atau pengusaha membuang dana cukup besar untuk mengikutkan stafnya dalam pelatihan EQ. "Di dunia jasa(service), misalnya. Ternyata sangat sulit mengajarkan orang tersenyum atau meminta maaaf secara tulus. Meski ini sepele, jika tidak dibiasakan sejak kecil, rasanya akan sulit mempraktikkannya setelah dewasa," jelas konsultan cantik ini.
Begitu juga pentingnya kecerdasan spiritual(SQ). Tak ada yang memungkiri bila brand image seseorang sangat ditentukan oleh karakter yang terbentuk dari SQ., seperti etika,kejujuran,dan integritas. "Aspek kejujuran adlah kunci berbisnis.Jangan biarkan anak terbiasa bohong sejak kecil. Sebab itu akan menjadi modal buruk mereka dalam berinteraksi kelak,"ungkapnya.
Ia juga mengajarkan orang tua untuk memberi keteladanan yamg baik bagi putra-putrinya dengan mengajarkan hal-hal yang bersifat manner atau etika kesopanan,keramahan dengan kata-kata magic, seperti tolong, maaf, atau terima kasih saat berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan untuk mencetak generasi ideal, Yuliana mengimhimbau agar sistem pendidikan diubah sesuai kebutuhan di masa datang.
"Selama 16 tahun masa pendidikan sekolah sangat minim praktik. Padahal mereka butuh studi lapangan,baik mencakup ilmu sosial, matematika, science, dan lain-lain. Jika bisa dilaksanakan, saya yakin luluasnnya akan menjadi SDM yang tangguh dan siap di dunia kerja,"sergahnya.
Lebih jauh pakar SDM ini menghimbau masyarakat dan orang tua mendukung ketiga faktor penentu kesuksesan, IQ,EQ,dan SQ, tumbuh seimbang. jika salah satunya di abaikan, kepribadian anak menjadi 'pincang'. Lebih dari semua itu, ibaratnya,SQ adalh roh, IQ sebagai brand, dan EQ sebagai jiwa. "Manusia terdiri dari tubuh,jiwa,dan roh. Kalau bicara roh, lebih tinggi dan dahsyat efeknya. Roh punya kemampuan mengubah orang banyak. Itulah pentingnya kecerdasan spiritual," jelasnya berfilosofi.
Jika Dra.Tiwin,M.psi., Yuliana,MBA menggarisbawahi pentingnya peran orang tua dalam menggali potensi anak ada benarnya. Memberi keteladanan lewat contoh yang baik dapat membentuk karakter terpuji pada seseorang anak. Contohnya bagaimana anak mau belajar jika melihat orang tuanya asyik menonton televisi pada jam belajar anak. Atau bagaimana anak tak terbiasa berbohong jika seringkali tanpa sadar orang tua mencontohkan itu di depan matanya? Orang tua mungkin tak menyadari ini bisa berdampak negatif bagi hidup si anak kelak.
Kita dapat mengajarkan anak memiliki sifat yang terpuji seperti memiliki beban moril untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan jiwa kepemimpinan. Tak hanya melatih tanggung jawab dan kepemimpinan, memberi teladan dengan contoh disiplin dan kasih sayang juga harus diterapkan. Firdaus, Alamhudi mengakui, jika kita memberi contoh yang baik kepada anak, maka anak akan menjadi baik. "Jadilah teladan bagi anak,"imbau Firdaus. Peranan IQ,EQ,dan SQ diakuinya sama penting. "Saya pernah membaca, dengan ilmu semuanya akan menjadi mudah. Dengan seni semuanya akan menjadi indah. Dan dengan agama semuanya menjadi terarah," papar Firdaus bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar